
Extama – Banyak orang memiliki trauma, trust issue, luka batin, dan banyak hal lain yang berhubungan dengan emosi. namun tidak setiap orang mau dan mampu mengekspresikannya.
Mereka terus memendam hingga akhirnya meledak dan menyebabkan penyakit fatal yang mengakibatkan kematian seperti jantung, kanker, paru-paru, dan ginjal. Kabar baiknya ada satu terapi yang mampu mengatasi semuanya.
Yaitu terapi menulis. Menulis tidak hanya merangkai kata demi kata, tetapi sebuah proses penyembuhan. Ketika seseorang mengalami luka emosional baik karena rasa trauma, kehilangan, kekecewaan. Menulis bisa menjadi cara untuk mengungkapkan dan memahami perasaan yang sulit di ungkapkan secara lisan.
Terapi menulis sebagai sarana penyembuhan luka emosional bukanlah pepesan kosong. Hal ini sudah di buktikan oleh para pakar.
James Pennebaker, psikolog sosial di universitas of Texas di Australia, AS, mempelajari dampak dari jenis tulisan tertentu pada kesehatan mental pada tahun 1986. Sejak saat itu, lebih dari 200 penelitian melaporkan bahwa “menulis emosional” dapat meningkatkan kesehatan fisik dan emosional seseorang.
Karena melalui tulisan, seseorang dapat menuangkan emosi tanpa takut di hakimi. Proses ini membantu mengurangi tekanan batin, seperti mencurahkan beban yang selama ini terpendam.
Maka dari itu tidak heran jika banyak orang yang menjadikan menulis sebagai terapi pribadi. Baik itu dalam bentuk jurnal, puisi, atau cerita fiksi. Menulis membantu mengubah luka menjadi pelajaran, dan kesedihan menjadi kekuatan. Oleh karena itu, menulis banyak disebut sebagai obat bagi luka emosional, karena melalui kata demi kata yang ditulis mampu menyembuhkan diri sendiri dari luka batin yang tak terlihat.
Author – (Winda/Ext)
Editor – (Waty/Ext)