Mahasiswa Uniba Suarakan Aspirasi, Pihak Kampus Terbuka atau Tutup Telinga?

Extama – Suasana kampus Universitas Bina Bangsa (Uniba) sempat memanas setelah video seorang mahasiswa, M. Wasal Fallah, menyuarakan keresahan terhadap pengelolaan dana bantuan KIP-K dan dana Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) viral di media sosial.

Video yang diunggah melalui akun TikTok @microfonrakyat pada akhir bulan April tersebut langsung menyita perhatian publik dan memantik diskusi luas di kalangan mahasiswa.

Dalam video tersebut, Fallah secara lantang menyampaikan bahwa hak-hak mahasiswa, khususnya terkait pencairan dana beasiswa dan transparansi dana UKM, belum sepenuhnya tersalurkan.

Ia menilai pengelolaan dana masih jauh dari kata ideal dan perlu dikawal bersama oleh civitas akademika.

Pasca viralnya video tersebut, Fallah mengaku mendapatkan panggilan dari pihak kampus tanpa surat resmi dan bahkan menyebutkan bahwa pihak kampus sempat mendatangi kediaman orang tuanya.

Ia menyayangkan pendekatan tersebut karena dinilai menimbulkan tekanan psikologis, dan berharap ke depan komunikasi antara mahasiswa dan pihak kampus dapat dilakukan secara lebih terbuka, beretika, dan mengedepankan dialog sehat.

Menanggapi situasi ini, sejumlah mahasiswa dari berbagai UKM dan himpunan Uniba menggelar aksi solidaritas di depan kantor kemahasiswaan pada Rabu, (30/4/2025).

Aksi tersebut menjadi momentum mahasiswa untuk menuntut keterbukaan informasi, perlindungan terhadap hak berpendapat, dan perbaikan sistem komunikasi antara mahasiswa dan birokrasi kampus.

Dalam aksi tersebut, Kepala Biro Kemahasiswaan, Muhammad Saleh, S.Th.I., MM, hadir langsung untuk menemui mahasiswa dan menyampaikan klarifikasi.

Ia menegaskan bahwa kewenangan terkait dana KIP-K dan UKM berada di luar jangkauannya.

“Bapak tidak punya kebijakan apa-apa, tapi bapak akan catat semua keinginan kalian dan membuat notulensinya. Aspirasi ini akan bapak sampaikan ke pimpinan universitas,” jelas Saleh kepada massa aksi.

Terkait kunjungan ke rumah orang tua Fallah, pihak kampus menyebut langkah itu sebagai bentuk silaturahmi, bukan intimidasi.

Muhammad Saleh menyatakan niat mereka adalah untuk membangun komunikasi yang lebih baik dan mendorong dialog yang konstruktif.

“Kami hanya ingin bersilaturahmi. Niat kami datang baik, bukan untuk menekan. Kami ingin mengenal orang tua fallah dan membuka ruang obrolan agar masalah ini bisa dibicarakan secara baik-baik,” ujarnya.

Sementara itu, Pak Saepudin dari biro kemahasiswaan menyampaikan tiga poin utama hasil dari pertemuan dan diskusi hari itu:
• Komunikasi adalah kunci. semua pihak diharapkan saling terbuka, memaafkan, dan membangun dialog berkelanjutan.
• Penyampaian aspirasi melalui perwakilan, agar diskusi lebih tertib dan terarah.
• Kebebasan berpendapat tetap dijaga, namun tetap dalam koridor etika dan tidak mengganggu kegiatan akademik.

Fallah sendiri menegaskan bahwa aksinya bukan bertujuan untuk memprovokasi, melainkan sebagai bentuk representasi dari suara mahasiswa yang merasa haknya belum diakomodasi secara maksimal.

“Saya hanya ingin semua hak mahasiswa disuarakan dan ditindaklanjuti. Kami tidak ingin dibungkam terus. Kampus seharusnya menjadi ruang aman untuk menyampaikan pendapat,” tegasnya.

Ia juga mendorong Uniba untuk membentuk Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai wadah resmi yang dapat memperkuat suara mahasiswa dalam menyampaikan aspirasi secara struktural, legal, dan berkelanjutan.

Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi atau kebijakan konkret dari pihak kampus terkait tuntutan mahasiswa.

Meski begitu, momen ini membuka harapan akan hadirnya ruang diskusi yang lebih sehat dan terbuka antara mahasiswa dan pengelola kampus.

Semoga langkah-langkah lanjutan dapat membawa titik terang dan solusi yang adil bagi seluruh pihak.

Author : Olip
Editor : Khaishya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *