
Extama – Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) Universitas Bina Bangsa menggelar Kongres Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) serta Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) pada 12–13 Juni 2025. Kongres ini kemudian dilanjutkan dengan pelantikan pada 14 Juni 2025.
Kegiatan ini menjadi bagian dari proses revitalisasi organisasi mahasiswa yang telah vakum selama enam tahun.
Namun, pelaksanaannya tidak berjalan mulus karena diwarnai sejumlah kendala, seperti kurangnya kuorum, keterlambatan teknis, serta kritik terkait transparansi dan sosialisasi yang dianggap minim.

Hari Pertama (12 Juni): Kongres Tertunda karena Tidak Memenuhi Kuorum
Kongres dimulai pada Kamis, 12 Juni 2025, dengan agenda utama pemilihan Ketua dan Wakil Ketua DPM.
Namun, forum tidak dapat dilanjutkan karena tidak terpenuhinya kuorum kehadiran dari perwakilan mahasiswa setiap fakultas.
Ketidakhadiran sebagian besar anggota kongres memicu perdebatan antara peserta forum dan panitia KPUM. Beberapa anggota menuntut penundaan kongres karena banyak delegasi dari berbagai fakultas tidak hadir.
Di sisi lain, panitia KPUM menyayangkan penundaan tersebut mengingat upaya dan kerja keras yang telah mereka lakukan. Situasi memanas ketika peserta forum mempertanyakan transparansi penyebaran informasi oleh KPUM.
Ketua KPUM, Siti Khaila, menyatakan bahwa pihaknya telah menyebarkan undangan dan pamflet melalui media sosial serta grup Aliansi Mahasiswa Uniba.
Namun, tidak ditemukan unggahan terkait kongres di akun media sosial resmi KPUM, sehingga menimbulkan kecurigaan dan ketidakpercayaan di kalangan peserta.
“Masalah utamanya adalah forum tidak memenuhi kuorum dan sebagian delegasi merasa tidak ada transparansi dari KPUM. Kami sebenarnya sudah menyebarkan pamflet dan undangan, tapi mungkin banyak yang tidak tergabung di grup, sehingga informasinya tidak sampai,” jelas Siti Khaila saat diwawancarai.
Khaila menambahkan, awalnya KPUM tidak merencanakan adanya kongres, namun karena ada calon DPM yang lolos verifikasi, maka kongres harus tetap dilaksanakan.
“Dari verifikasi data ke kongres hanya ada satu hari. Mungkin itu yang membuat informasi terasa terlalu mendadak,” ujarnya.
Akhirnya, forum diputuskan ditunda selama 1×24 jam dan dijadwalkan ulang pada hari berikutnya.

Hari Kedua (13 Juni): Kongres Berlanjut dengan Masalah Baru
Kongres dilanjutkan pada Jumat, 13 Juni 2025. Dijadwalkan mulai pukul 13.00 WIB, namun forum baru dimulai sekitar pukul 16.30 WIB karena kendala teknis.
Ketidakhadiran Presidium 1 karena sakit menimbulkan perdebatan di kalangan peserta. Mengingat palu sidang dianggap simbolik dan krusial, sebagian peserta mempertanyakan kelayakan sidang dilanjutkan tanpa kehadiran Presidium 1.
Akhirnya disepakati bahwa Presidium 2 menggantikan posisi Presidium 1, dan sidang dimulai ulang dari awal (PK).
Meski demikian, jalannya sidang tetap tidak berjalan lancar. Presidium terlihat kewalahan dalam memimpin forum.
Kritik pun kembali muncul, terutama terkait minimnya sosialisasi, persiapan teknis yang kurang matang, serta penyusunan Tata Tertib (Tatib) yang dinilai eksklusif dan tidak dibahas secara terbuka bersama mahasiswa.
Permasalahan lain muncul saat diketahui hanya ada tiga pendaftar calon DPM. KPUM kemudian meminta setiap fakultas mengirimkan delegasi disertai surat rekomendasi dari dekan, sesuai format yang telah disediakan.
Dari tiap fakultas ada yang menurunkan delegasi maka dilakukan pemungutan suara. Hasilnya, Reza Triyana terpilih sebagai Ketua DPM dan Dimas Saputra sebagai Wakil Ketua DPM.
Sementara itu, dari tiga calon Ketua BEM yang mendaftar, satu orang dinyatakan tidak lolos verifikasi karena IPK tidak memenuhi syarat. Oleh karena itu, pemilihan Ketua BEM dilakukan secara aklamasi.
Proses pemilihan dilakukan secara terbatas oleh perwakilan UKM dan Himpunan Mahasiswa, bukan melalui pemungutan suara seluruh mahasiswa.
KPUM menilai bahwa Universitas Bina Bangsa belum siap menerapkan sistem demokrasi kampus secara menyeluruh.
Siti Khaila berharap kedepannya mahasiswa Uniba bisa lebih aktif dalam proses demokrasi kampus dan berpartisipasi dalam berbagai forum resmi.
“Mari kita hilangkan stigma bahwa kampus kita tidak punya BEM atau DPM. Kita bangun perubahan agar bisa sejajar dengan kampus lain dalam sistem demokrasi kampus,” tegasnya.
Meski pelaksanaan kongres menuai kritik, ini menjadi titik awal penting bagi upaya pembangunan kembali kultur organisasi mahasiswa di Universitas Bina Bangsa.

Pelantikan Ketua dan Wakil Ketua DPM dan BEM
Setelah enam tahun vakum, Universitas Bina Bangsa akhirnya resmi melantik Ketua dan Wakil Ketua DPM serta BEM pada Sabtu, 14 Juni 2025, bertempat di Gedung D Lantai 6.
Pelantikan ini menandai dimulainya kepemimpinan baru yang diharapkan membawa semangat perubahan dan memperjuangkan hak-hak mahasiswa, baik di lingkungan kampus maupun masyarakat.
Dalam pidato perdananya, Abdur Rahman selaku Ketua BEM menegaskan komitmennya menjadikan BEM sebagai wadah aspirasi mahasiswa sekaligus agen perubahan nyata.
“Walaupun kita berdiri di kampus, ke depannya kita akan bergerilya di masyarakat,” ujarnya penuh semangat.
Ia menekankan pentingnya peran BEM sebagai katalisator yang mampu memberi dampak positif tidak hanya di lingkungan akademik, tetapi juga dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Pelantikan ini sekaligus menjadi dasar untuk menjalankan berbagai misi penting, seperti memperkuat internalisasi organisasi, meningkatkan partisipasi mahasiswa, serta menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh pihak terkait.
DPM dan BEM Universitas Bina Bangsa berkomitmen tumbuh bersama sebagai wadah untuk seluruh mahasiswa, memastikan setiap mahasiswa terlibat dalam kemajuan kolektif.
Selain itu, tujuan utama BEM akan berusaha menjadi penghubung antara mahasiswa dan pihak kampus untuk mempererat komunikasi, menjaga dan merealisasikan hak-hak mahasiswa yang belum terpenuhi.
Dengan semangat baru ini, DPM dan BEM Universitas Bina Bangsa siap menciptakan terobosan dalam memperjuangkan kepentingan mahasiswa dan berkontribusi dalam membangun budaya akademik yang lebih inklusif, demokratis, dan progresif.
Author : Olip, Oliv
Editor : Mercy, Ajeng