Inovasi KKM 30 UNIBA Bantu UMKM Desa Dahu Lewat Mesin Press Melinjo Manual

Extama – Mahasiswa Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Kelompok 30 Universitas Bina Bangsa (UNIBA) menciptakan inovasi mesin press melinjo manual untuk membantu pelaku UMKM keceprek melinjo di Desa Dahu, Kecamatan Cikedal, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Keceprek melinjo merupakan salah satu produk unggulan Desa Dahu yang menjadi ciri khas sekaligus sumber mata pencaharian bagi banyak warga. Proses pembuatannya selama ini dilakukan secara tradisional, yaitu dengan menumbuk biji melinjo secara manual di atas papan atau alas datar.

Meski metode ini mempertahankan nilai budaya, prosesnya membutuhkan tenaga besar dan waktu yang cukup lama, sehingga membatasi jumlah produksi harian.

Berawal dari permasalahan tersebut, KKM 30 UNIBA berinisiatif merancang mesin press melinjo manual berbasis Teknologi Tepat Guna (TTG). Mesin ini menggunakan sistem tuas dengan bantalan (bearing) untuk mengurangi beban fisik pengguna, sekaligus memastikan tekanan yang dihasilkan merata sehingga kualitas keceprek tetap terjaga.

Pembuatan mesin melibatkan kolaborasi langsung antara mahasiswa, pelaku UMKM setempat, dan bengkel las lokal. Proses perancangan dimulai dari pengukuran dan pembuatan gambar teknik, dilanjutkan dengan pemilihan material yang terjangkau namun kokoh, hingga proses perakitan dan uji coba di lapangan.

Ketua KKM 30 UNIBA, Muhammad Roby Iskandar, mengungkapkan bahwa ide pembuatan mesin lahir dari hasil observasi dan diskusi bersama pelaku UMKM keceprek melinjo.

“Kami melihat proses penumbukan melinjo tradisional memerlukan tenaga besar dan memakan waktu. Dengan adanya mesin ini, kami berharap pelaku UMKM di Desa Dahu dapat bekerja lebih ringan, efisien, dan produktif,” ujar Roby.

Dosen pembimbing lapangan KKM 30, Mohamad Ikrom Arasid, M.Ipol., memberikan apresiasi tinggi terhadap karya mahasiswanya.

“Inovasi ini merupakan contoh nyata penerapan keilmuan di tengah masyarakat. Mahasiswa tidak hanya belajar di kampus, tetapi juga berkontribusi langsung pada peningkatan produktivitas dan kesejahteraan warga,” ungkapnya.

Dalam proses pembuatan, Roby mendapat dukungan penuh dari Pak Kasaman, pemilik bengkel las lokal yang berpengalaman.

“Saya sangat senang bisa terlibat. Awalnya saya hanya membantu material dan teknik, tapi kami berdiskusi hingga menemukan desain yang lebih sederhana, murah, tapi tetap kuat. Saya bangga bisa ikut membantu mahasiswa dan UMKM di desa ini,” tutur Pak Kasaman.

Mesin ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas produksi pelaku UMKM hingga dua kali lipat dibandingkan metode manual, sekaligus mengurangi risiko cedera akibat pekerjaan fisik berulang.

Selain itu, keberadaan mesin press melinjo manual ini juga membuka peluang bagi bengkel lokal untuk memproduksi lebih banyak unit sesuai permintaan, sehingga memberikan dampak ekonomi ganda bagi desa.

Dengan hadirnya inovasi ini, Desa Dahu berpotensi memperkuat posisinya sebagai sentra produksi keceprek melinjo di Pandeglang, sekaligus menjadi contoh kolaborasi sukses antara dunia akademik dan masyarakat dalam menciptakan solusi yang aplikatif, efisien, dan berkelanjutan.

Editor : Mercy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *