FGD UNIBA: Adat Baduy Jadi Pondasi Pengembangan Ekowisata Berkelanjutan

Extama – Universitas Bina Bangsa (UNIBA) melalui tim penelitinya mendorong pengembangan ekowisata di wilayah Baduy dengan menempatkan kearifan lokal masyarakat adat sebagai pondasi utama.

Hal ini terungkap dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Perancangan Model Komunikasi Lingkungan untuk Pengembangan Ekowisata Kampung Baduy Berbasis Kearifan Lokal” pada Sabtu (13/9/2025).

FGD yang berlangsung di kediaman Jaro Oom, salah satu tokoh adat Baduy Luar di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, mempertemukan berbagai pemangku kepentingan.

Mulai dari masyarakat adat Baduy, akademisi, tokoh masyarakat, perwakilan pemerintah daerah, hingga pegiat wisata dan lingkungan hidup.

Diskusi berjalan intensif dengan tujuan mencari pola komunikasi dan strategi pengembangan ekowisata yang selaras dengan nilai adat Baduy sekaligus ramah lingkungan.

Ketua tim peneliti UNIBA, Arfian Suryasuciramdhan, menekankan bahwa kearifan lokal masyarakat Baduy merupakan kunci penting dalam menjaga keseimbangan antara pengembangan wisata dan kelestarian alam.

“Penelitian ini ingin menghadirkan model komunikasi yang tidak hanya berfungsi mempromosikan ekowisata, tetapi juga menguatkan tradisi, budaya, serta aturan adat yang sudah terbukti menjaga kelestarian alam Baduy,” ungkapnya.

Pandangan ini sejalan dengan Medi, Sekretaris Desa Baduy. Ia menegaskan bahwa masyarakat Baduy telah memiliki aturan adat yang jelas dalam menjaga hutan, sungai, dan lingkungan hidup.

“Kami hidup bersama alam. Ada larangan menebang pohon sembarangan, ada aturan menjaga hutan, dan ada kewajiban melestarikan lingkungan. Semua itu adalah bentuk komunikasi kami dengan alam. Maka, adat itulah yang harus menjadi pedoman utama ekowisata,” tuturnya.

Dukungan juga datang dari Usep Suparno, Kepala Bidang Destinasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lebak.

Menurutnya, pengembangan ekowisata Baduy berbasis kearifan lokal akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa mengorbankan lingkungan.

“Kuncinya adalah komunikasi yang tepat. Jika masyarakat, pemerintah, dan akademisi bisa bersinergi, maka ekowisata dapat memberi manfaat ekonomi, sosial, sekaligus menjaga alam,” jelasnya.

Senada dengan itu, Erik Indra Kusuma dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lebak menegaskan bahwa masyarakat Baduy adalah penjaga utama kelestarian hutan.

“Model komunikasi lingkungan harus menghormati nilai budaya Baduy. Dengan begitu, pengembangan wisata tidak akan merusak, justru memperkuat tradisi dan ekosistem hutan,” katanya.

Sementara itu, akademisi UNIBA, Cecep Abdul Hakim, memperkenalkan konsep Triple Bottom Line (profit, people, planet) sebagai pendekatan penting.

Ia menjelaskan bahwa keberhasilan ekowisata harus menyeimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan, tanpa mengorbankan nilai adat dan tradisi masyarakat Baduy.

Rekomendasi Hasil FGD
Dari diskusi yang berlangsung, lahir sejumlah rekomendasi strategis, di antaranya:

  1. Pelibatan aktif masyarakat Baduy dalam setiap tahap pengembangan ekowisata, mulai dari perencanaan, pengelolaan, hingga evaluasi.
  2. Pemilihan media komunikasi yang selaras dengan budaya lokal Baduy, sehingga pesan yang disampaikan tidak bertentangan dengan nilai adat.
  3. Penguatan kolaborasi antara akademisi, pemerintah, masyarakat adat, serta pegiat wisata dan lingkungan untuk menciptakan ekosistem wisata yang berkelanjutan.
  4. Penekanan pada konservasi dengan menjadikan adat Baduy sebagai pedoman utama dalam menjaga hutan dan sumber daya alam.
  5. Pengembangan ekowisata berbasis edukasi, agar wisatawan tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga memahami nilai budaya Baduy.
    Sebagai bentuk nyata kepedulian terhadap lingkungan, tim peneliti UNIBA menyerahkan bibit pohon kepada masyarakat Baduy.

Tindakan ini diharapkan menjadi simbol awal dari upaya kolaboratif menjaga kelestarian hutan sekaligus memperkuat identitas ekowisata Baduy.

Dengan adanya FGD ini, UNIBA dan para pemangku kepentingan berharap dapat melahirkan model komunikasi lingkungan yang praktis, partisipatif, dan berkelanjutan.

Harapannya, ekowisata Baduy tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga mampu menjaga harmoni antara manusia, budaya, dan alam.

Author : Ersya
Editor : Mercy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *