Demo Mahasiswa UNIBA Berbuah Komitmen: Kampus Janji Selesaikan Kasus Pelecehan dalam 3 Hari

Extama – Aksi demonstrasi mahasiswa Universitas Bina Bangsa (UNIBA) pada Senin (25/8) berujung audiensi dengan pihak kampus. Para aktivis bertemu langsung dengan Wakil Rektor III Budi Ilham Maliki, yang juga menjabat sebagai Ketua Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) yang segera berganti nama menjadi Satgas PPKPT (Pencegahan dan Penanganan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak).

Dalam pertemuan itu, kampus berkomitmen menyelesaikan kasus pelecehan dalam waktu 3×24 jam sekaligus menindaklanjuti tuntutan mahasiswa. Fokus penanganan diarahkan pada aspek psikologis korban sesuai prosedur yang berlaku.

“Kita beraudiensi dengan warek 3 dan dia juga sebagai ketua satgas PPKS yang sekarang akan diganti menjadi ketua satgas PPKPT. Dia berjanji akan menyelesaikan kasus ini dalam 3×24 jam dan melakukan tuntutan-tuntutan aksi tadi selama 3 hari juga, nah itu penyelesaian dari segi psikologis, intinya sesuai prosedur yang ada,” jelas Adam, koordinator aksi, usai audiensi.

Salah satu tuntutan utama mahasiswa adalah jaminan perlindungan bagi korban dari praktik victim blaming maupun intimidasi. Menanggapi hal tersebut, Wakil Rektor III menegaskan pihaknya membuka ruang selebar-lebarnya bagi korban untuk bersuara.

“Tidak boleh ada intimidasi supaya korban tidak bercerita atau mengungkapkan. Kita buka selebar-lebarnya, kita buka seluas-luasnya, apapun yang terjadi dari hari ini kita selesaikan hari ini. Kita buat fakta integritasnya, dan tentunya kami minta waktu 2–3 hari, kesimpulannya akan kami sampaikan,” ujar Budi.

Ia menambahkan, “Korban tentunya akan kami undang. Apa yang hari ini hadir akan kami berikan ilustrasi dan informasinya sehingga semuanya terbukti secara fakta dan realita.”

Sejauh ini, baru satu korban yang berani speak up mengenai pelecehan verbal yang dilakukan oleh oknum dosen. Adam menyebut masih ada korban lain yang belum berani mengungkapkan pengalaman mereka secara publik.

“Yang speak up baru 1 orang, kita belum tahu tapi ada beberapa yang belum bisa membuka suara, karena korban yang lain itu tidak berani untuk menyuarakan di depan publik,” ungkapnya.

Adam menegaskan aksi ini juga bertujuan mendorong mahasiswa lain agar berani bersuara.

“Aksi ini kita jalankan untuk memicu kawan-kawan mahasiswa Universitas Bina Bangsa agar berani, agar tindakan pelecehan seksual baik verbal maupun nonverbal dari pihak kampus maupun mahasiswanya tidak lagi terjadi,” katanya.

Korban sendiri menuntut agar pelaku dipecat dari jabatan dosen. Saat ini, teridentifikasi satu orang pelaku, meski ada kemungkinan pelaku lain masih belum terungkap.

“Tuntutan dari korban itu ia minta pelaku dipecat, oknum dosen yang melakukan pelecehan seksual tersebut,” ujar Adam menjelaskan.

Aliansi Solidaritas Mahasiswa UNIBA menegaskan akan terus mengawal kasus ini. Jika dalam tiga hari tuntutan tidak dipenuhi, mereka siap menggelar aksi lanjutan atau kembali mengajukan audiensi.

“Kita bakal lanjut aksi lagi atau kita lanjut audiensi lagi, nanti teknisnya kita rencanakan kembali. Intinya kami dan kawan-kawan yang tergabung di Aliansi Solidaritas Mahasiswa Universitas Bina Bangsa akan mengawal kasus ini hingga selesai, sehingga tidak ada lagi kasus-kasus seperti ini di UNIBA,” tutup Adam.

Dengan adanya komitmen dari pihak kampus serta konsistensi mahasiswa dalam mengawal kasus, diharapkan proses penyelesaian dapat berjalan transparan, adil, dan berpihak pada korban.

Kasus ini bukan hanya menjadi ujian bagi integritas kampus dalam menegakkan aturan, tetapi juga momentum penting untuk menciptakan lingkungan akademik yang aman, bebas dari kekerasan, dan lebih menghargai martabat setiap civitas akademika.

Author : Olip
Editor : Khaishya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *