Headlines

Membangun Jurnalisme Inklusif, MediaLink Ajak Pers Mahasiswa Berani Bersikap

Extama – MediaLink menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan bertema “Penguatan Nilai-Nilai Inklusivitas untuk Pers Mahasiswa” yang berlangsung di Le Dian Hotel & Cottages, Serang, Banten. (18/02/2025).

Acara ini dihadiri oleh 20 mahasiswa dari berbagai lembaga pers mahasiswa di Banten, termasuk Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Extama yang mengirimkan tiga perwakilan dari divisi redaksi, yaitu Khaishya Davina Mutiarani, Ira Safaat, dan Dina Nopita.

FGD ini bertujuan untuk memperkuat kesadaran dan pemahaman pers mahasiswa dalam menerapkan prinsip inklusivitas dalam jurnalisme kampus. Di tengah pesatnya arus informasi, pers mahasiswa diharapkan menjadi agen perubahan yang menyuarakan keberagaman dan keadilan sosial.

Acara diawali dengan sambutan dari Direktur MediaLink, Ahmad Faisol, yang menekankan pentingnya membangun kesadaran sosial di kalangan pers mahasiswa.

“Kita dihadapkan pada masalah misinformasi dan kurangnya komunikasi yang sehat. Tidak adanya diskusi berbasis fakta menyebabkan kita menjadi insan yang eksklusif tanpa menyaring informasi dengan kritis. Inilah yang melatarbelakangi FGD ini agar pers mahasiswa berani menegakkan kebenaran dan menyajikan informasi yang inklusif,” ujar Faisol.

Sesi utama dibawakan oleh Sanita Rini dari INFID, yang mengajak peserta memahami makna inklusivitas dalam jurnalisme melalui metode Privilege Walk dan Sungai Kehidupan. Metode ini bertujuan untuk merefleksikan posisi sosial individu dalam masyarakat serta bagaimana pengalaman tersebut mempengaruhi cara pandang terhadap inklusivitas.

“Inklusivitas bukan sekadar wacana, tetapi harus menjadi praktik nyata dalam kerja jurnalistik. Media kampus memiliki peran penting dalam menciptakan ruang bagi kelompok yang kurang terwakili. Jika ingin menciptakan masyarakat yang adil, pers mahasiswa harus menjadi suara bagi yang tak terdengar,” ungkap Sanita.

Sanita juga memaparkan delapan nilai utama yang perlu dipegang oleh pers mahasiswa untuk membangun jurnalisme yang lebih inklusif:

1. Kesetaraan, memberikan kesempatan yang sama bagi semua individu tanpa diskriminasi.
2. Keterbukaan, menerima berbagai perspektif dan menghindari bias dalam pemberitaan.
3. Pemberdayaan, mengangkat suara kelompok yang kurang terwakili dalam media.
4. Keberagaman, mengakui dan merayakan perbedaan yang ada dalam masyarakat.
5. Toleransi, menerima perbedaan dan membangun dialog yang konstruktif.
6. Keadilan Sosial, memastikan bahwa setiap individu mendapatkan hak dan perlakuan yang adil.
7. Partisipasi, melibatkan berbagai pihak dalam proses jurnalistik.
8. Solidaritas, membangun kebersamaan dan kepedulian dalam pemberitaan.

Dalam sesi diskusi kelompok, peserta mengeksplorasi pengalaman pribadi mereka terkait inklusivitas dan merumuskan langkah konkret untuk memperkuat nilai-nilai tersebut dalam pemberitaan pers mahasiswa. Beberapa rekomendasi yang dihasilkan antara lain:

1. Mempelajari nilai-nilai inklusivitas untuk diterapkan dalam setiap pemberitaan.
2. Speak up, berani menyuarakan ketidakadilan yang terjadi.
3. Membuka diri & berdialog, menerima perspektif yang berbeda.
4. Bergerak bersama, membangun kolaborasi untuk menciptakan perubahan.
5. Mengubah kebiasaan lama dalam pemberitaan yang kurang representatif.
6. Membuat budaya baru yang lebih terbuka dan inklusif.
7. Menggunakan hak sebagai jurnalis untuk menyajikan informasi yang berimbang.
8. Melakukan sesuatu, tidak hanya membahas isu, tetapi juga mengimplementasikan perubahan nyata.

Melalui FGD ini, diharapkan pers mahasiswa di Banten dapat menjadi media yang lebih inklusif dan berani menyuarakan kebenaran. Hasil diskusi ini diharapkan dapat diterapkan dalam praktik jurnalistik sehari-hari agar informasi yang disampaikan tidak hanya berimbang, tetapi juga mencerminkan realitas sosial yang lebih luas.

“Pers mahasiswa adalah cermin kesadaran sosial dan pendorong perubahan yang lebih inklusif di kampus serta masyarakat. Dengan membangun jurnalisme yang inklusif, kita tidak hanya melaporkan fakta, tetapi juga membentuk masa depan yang lebih adil untuk semua,” pungkas Faisol dalam wawancara.

Author – (Khaishya/Ext)
Editor – (Ajeng/Ext)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *