Tanah Air yang Merintih

Negeriku yang sakit.
Di bumi pertiwi yang suci ini, angin berbisik penuh luka.
Jeritan rakyat kecil tenggelam dalam kesunyian.
Ditembak habis-habisan oleh janji yang palsu.

Apakah mereka tidak mengingat?
Dahulu yang mereka cari adalah rakyat kecil.
Dahulu mereka mati-matian meyakinkan rakyat.
Tapi setelah gelar kehormatan itu ada padanya, rakyat dibuang bagaikan tak berwujud.

Hukum tumpul ke atas, tajam ke bawah.
Rakyat kecil menangis, namun petinggi itu tertawa.
Keadilan terjual murah tanpa harga.
Dibeli mereka yang duduk di singgasana.

Wahai Ibu Pertiwi!
Di mana janji suci itu?
Di mana sumpah setia pada negeri ini?
Kau mati perlahan, di tangan anak sendiri,
Yang tidak tahu diri, khianat pada negeri.

Pemimpin-pemimpin itu dulu dengan lantang menyuarakan janji setia.
Kini mereka menari di atas jeritan rakyat.
Dulu mereka dengan lantang membela kebenaran.
Namun kini mereka bungkam, hanyut dalam kekuasaan.

Negeriku, kapan kau sembuh?
Kapan kata adil tumbuh di tanahmu?
Aku selalu berdoa, walau nyaris putus asa,
Agar kau tak mati dalam sakitmu.

Oleh – (Winda/Ext)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *