Extama – Buka puasa bersama (bukber) adalah tradisi Ramadan yang selalu dinanti-nantikan. Lebih dari sekadar momen untuk berbagi hidangan, bukber menjadi ajang silaturahmi yang mempererat hubungan dengan keluarga, sahabat, dan kolega.
Namun, di era digital, bukber tidak lagi sekadar tradisi. Perkembangan teknologi dan maraknya media sosial telah mengubah cara orang memaknai dan menjalankan momen ini.
Dari sekadar kumpul sederhana, kini bukber juga menjadi bagian dari gaya hidup kekinian yang erat kaitannya dengan tren sosial.
Dari Kebersamaan ke Ajang Eksistensi

Dulu, bukber identik dengan kebersamaan di rumah atau masjid, namun kini tren telah bergeser. Restoran dan kafe estetik dengan dekorasi Ramadan serta menu eksklusif semakin menjadi pilihan utama.
Konsep Instagramable pun menjadi faktor penting, di mana tempat yang menarik secara visual lebih diminati karena cocok untuk diabadikan dan diunggah ke media sosial. Bahkan, beberapa restoran menawarkan paket khusus Ramadan lengkap dengan spot foto yang didesain khusus untuk menarik perhatian pengunjung.
Selain itu, beberapa tempat makan juga memberikan promo spesial bagi pelanggan yang mengunggah pengalaman bukber-nya ke media sosial. Strategi ini semakin mendorong budaya dokumentasi digital yang kini melekat erat dengan kebiasaan berbuka bersama.
Velocity dan FOMO: Tren Bukber di Era Digital

Bukber kini juga sering menjadi ajang reuni, gathering komunitas, hingga pertemuan bisnis. Tidak jarang, acara ini lebih berfokus pada dokumentasi momen daripada esensi kebersamaannya sendiri.
Salah satu fenomena terbaru yang viral adalah tren Velocity di platform seperti TikTok. Video bukber diedit dengan efek percepatan atau perlambatan, menciptakan tampilan yang lebih dramatis dan estetis. Tren ini menjadi bentuk baru dalam mengabadikan momen berbuka, terutama di kalangan anak muda.
Tak hanya itu, konsep FOMO (Fear of Missing Out) juga semakin terasa. Banyak orang yang merasa perlu ikut serta dalam acara bukber bukan hanya untuk bersilaturahmi, tetapi juga untuk memastikan kehadirannya diabadikan dan dilihat oleh banyak orang di media sosial.
Hampir setiap acara bukber kini tidak lepas dari dokumentasi digital, mulai dari foto makanan, suasana tempat, hingga video sinematik yang dibuat semenarik mungkin.
Bahkan, ada tren “dress code bukber” di mana peserta bukber berusaha tampil modis dan serasi agar lebih menarik saat diunggah di media sosial.
Antara Tren dan Makna Sejati Ramadan
Perkembangan ini menunjukkan bagaimana tradisi dapat beradaptasi dengan perubahan zaman. Namun, penting untuk tetap menjaga keseimbangan antara mengikuti tren dan memahami makna sejati dari Ramadan.
Bukber seharusnya tidak sekadar menjadi ajang eksistensi, tetapi juga momen refleksi dan kebersamaan yang memperkuat nilai-nilai spiritual.
Dengan demikian, kita bisa menikmati kemeriahan Ramadan tanpa kehilangan esensi ibadah dan silaturahmi yang sesungguhnya. Bagaimanapun, bukber bukan hanya tentang tempat dan dokumentasi, tetapi juga tentang kebersamaan, berbagi, dan mempererat tali persaudaraan.
Jadi, sudahkah bukber-mu lebih dari sekadar konten?
Author: Wulan
Editor: Khaishya